/story/178317/terong-laki-laki-selain-suami/?load=0
Terong Laki-laki Selain Suami | Penana
arrow_back
Terong Laki-laki Selain Suami
more_vert share bookmark_border
info_outline
format_color_text
toc
exposure_plus_1
Search stories, writers or societies
Continue ReadingClear All
What Others Are ReadingRefresh
X
Never miss what's happening on Penana!
G
Terong Laki-laki Selain Suami
sumberbarokah
Intro Table of Contents Top sponsors Comments (12)

Anto dan Nisa adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama tiga tahun. Mereka hidup sederhana di sebuah kampung kecil yang ramah, namun penuh dengan bisik-bisik tetangga. Nisa, wanita berparas cantik dengan kulit mulus, tubuh seksi, dan sikap anggun, sering menjadi pusat perhatian. Banyak yang memuji kecantikannya, tapi di balik pujian itu, ada juga cibiran halus yang menusuk. “Cantik begitu, mulus, tapi kok belum punya anak juga?” bisik mereka. Anto, suaminya, berparas biasa saja, pria pekerja keras yang pendiam, tak luput dari gunjingan serupa. “Mungkin Antonya yang bermasalah,” ujar beberapa tetangga sambil tersenyum sinis.

Awal pernikahan mereka penuh harapan. Nisa dan Anto saling mencintai, membayangkan rumah kecil mereka dipenuhi tawa anak-anak. Namun, bulan demi bulan berlalu, lalu tahun berganti tahun, tanda-tanda kehamilan tak kunjung datang. Mereka sudah mencoba berbagai cara—berobat ke dokter, mengikuti saran tetua, bahkan mencoba ramuan tradisional dari dukun kampung. Hasilnya tetap nihil. Nisa sering menangis diam-diam di sudut kamar, sementara Anto hanya bisa memeluknya, berusaha menenangkan meski hatinya sendiri tak kalah resah.

Keluarga besar tak membantu meringankan beban mereka. Dalam setiap acara keluarga, pertanyaan klise selalu muncul. “Kapan kasih kami cucu?” tanya ibu mertua dengan nada setengah bercanda, tapi tatapannya penuh harap. Saudara-saudara lain tak segan menyindir, “Jangan-jangan Nisa mandul, atau Antonya yang kurang jantan.” Gunjingan itu seperti pisau kecil yang perlahan mengiris hati mereka.

Tetangga pun tak ketinggalan. Setiap Nisa berjalan ke pasar, ia bisa merasakan tatapan penuh tanya. Ada yang berbisik di belakangnya, “Sayuran segar dibenci, kapan ya ke dokter spesialis?” Nisa hanya tersenyum kecut, pura-pura tak mendengar. Anto, yang bekerja sebagai tukang kayu, juga sering mendapat sindiran dari teman-temannya. “Kayunya kuat, tapi benihnya lelet ya, To?” Mereka tertawa, tapi Anto hanya diam, menelan rasa malu.

Di tengah tekanan itu, hubungan Anto dan Nisa tetap hangat. Mereka saling menguatkan. Suatu malam, setelah mendengar omongan tetangga lagi, Nisa berkata sambil menatap Anto, “Aku tak apa kalau kita tak punya anak, asal ada kamu.” Anto memegang tangannya erat, “Aku juga, Nis. Anak itu bonus, yang penting kita bersama.” Mereka tersenyum, mencoba menerima kenyataan, meski hati mereka masih menyimpan harapan kecil.

Show Comments
BOOKMARK
Total Reading Time: 3 hours 43 minutes
toc Table of Contents
bookmark_border Bookmark Start Reading >
×


Reset to default

X
×
×

Install this webapp for easier offline reading: tap and then Add to home screen.